Oleh: Fakhrurozi
INDONESIA punya pengalaman dengan kudeta saat
menurunkan kekuasaan Presiden Soeharto yang sudah memimpin 32 tahun.
Pengamat politik Gun Gun Heryanto menyebut, salah satu penyebab
terjadinya kudeta adalah hadirnya empat tokoh pemersatu yang tergabung
dalam Kelompok Ciganjur dan menjadi figur sentral: Abdurrahman Wahid,
Megawati Soekarnoputri, Amien Rais, dan Sri Sultan Hamengkubuwono X.
“Mereka meneruskan ide-ide perjuangan mahasiswa,” ujarnya. Bagaimana
pengalaman negara lain? Apa yang membuat kudeta mereka berhasil?
1. Libya, 2011
Pelaku: Pemberontak lokal, NATO dan Amerika
Isu: Kediktatoran
Disokong
oleh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), pasukan anti-Khadafi
secara sistematis mampu menjatuhkan para loyalis Kolonel Muammar Khadafi
dalam perang saudara. Kota Sirte tercatat paling lama tumbang. Namun
pada Oktober 2011, bukan hanya seluruh kota dikuasai pemberontak,
presiden berpangkat kolonel sudah berkuasa selama 41 tahun itu pun tewas
dalam aksi serangan pemberontak. Rezim Khadafi pun berakhir
2. Mesir, 2011
Pelaku: Rakyat
Isu: Kediktatoran
Kekacauan
dimulai dari aksi besar-besaran menentang rezim Husni Mubarak, Presiden
Mesir, pada Januari 2011. Media sosial Twitter menjadi corong
membangkitkan semangat perlawanan terhadap pemerintahan diktator
Mubarak. Pada 11 Februari, Mubarak akhirnya mengumumkan pengunduran
dirinya melalui stasiun televisi, setelah 30 tahun berkuasa.
3. Iran, 1979
Pelaku: Rakyat
Isu: Kediktatoran dan pengkhianatan terhadap agama
Pemerintahan
yang dipimpin oleh Mohammad Reza Pahlevi pun berakhir. Ayatollah
Khomeini tampil sebagai pemimpin negara dengan penduduk mayoritas muslim
syiah itu pada 1979. Inilah awal perubahan Iran dari kerajaan yang
dikuasai oleh Dinasti Pahlevi yang dikenal diktator dan dianggap tidak
mengindahkan hukum agama, kemudian menjadi Republik Islam Iran yang
dipimpin oleh seorang Presiden.
4. Lithuania, 2004
Pelaku: Parlemen
Isu: Melanggar konstitusi
Presiden
Lithuania, Rolandas Paksas mencatat sejarah di Eropa. Negaranya menjadi
yang pertama di benua tersebut yang ditumbangkan gara-gara dituding
memiliki hubungan dengan organisasi kriminal Rusia. Prosedur dilakukan
melalui parlemen dengan pemakzulan. Kekuasaan Paksas resmi berakhir pada
2004.
5. Myanmar (Burma), 1958 dan 1988
Pelaku: Militer
Isu: Kekejaman sosial
Myanmar
mengalami dua kali kudeta. Jenderal Ne Win yang memimpin Burma setelah
empat tahun peristiwa kudeta akhirnya harus turun dari kursi
pemerintahan 26 tahun kemudian. Dia pun diturunkan secara paksa.
Kekuasaannya di Partai Sosialis Burma (BSPP) yang menjadi penguasa saat
itu runtuh akibat meningkatnya aksi kekerasan negara yang dipimpinnya.
6. Pakistan, 1969 dan 1971
Pelaku: Militer dan rakyat
Isu: Ketidakpuasan rakyat dan kerusuhan
Presiden
Ayub Khan dipaksa menyerahkan kekuasaannya setelah rakyat yang tidak
puas dengan kepemimpinannya turun ke jalan dan membuat kerusuhan.
Jenderal Yahya Khan mengambilalih kekuasaan pada 1969 dan langsung
mengeluarkan Undang-Undang Darurat Perang. Menyusul deklarasi
kemerdekaan Bangladesh, Pakistan Timur serta bertekuknya tentara
Pakistan terhadap tentara India, kekuasaan sang jenderal berakhir.
Zulfikar Ali Butho, Ketua Partai Rakyat Pakistan duduk di tampuk
kekuasaan.
7. Filipina, 1986 dan 2001
Pelaku: Militer dan rakyat
Isu: Kediktatoran dan korupsi
Negeri
ini pun dua kali mengalami sejarah kudeta. Pertama dialami oleh
Presiden Marcos yang dianggap memimpin dengan cara diktator. Setelah
itu, giliran Joesph Estrada yang harus berhadapan dengan rakyat lantaran
senang korupsi. Militer dan polisi yang ada di belakangnya ikut
menyingkir, anggota kabinetnya pun mundur satu-persatu. Pada Januari
2001, Mahkamah Agung menetapkan Wakil Presiden Gloria Macapagal-Arroyo
sebagai pengganti Estrada.
8. Korea Selatan, 1960
Pelaku: Militer dan rakyat
Isu: Korupsi dan tidak adil
Seperti
pernah dialami Indonesia, pendorongnya adalah mahasiswa yang turun ke
jalan setelah Presiden Syngman Rhee yang otoriter memenangkan pemilihan
umum keempat kali. Polisi yang patuh pada kekuasaan tangan besi itu
harus menembakkan timah panas pada aksi mahasiswa, sampai akhirnya
menewaskan 125 orang. Kasus ini justru mendorong aksi yang makin ramai,
hingga melibatkan rakyat Negeri Ginseng. Presiden Syngman turun takhta
digantikan oleh Dr John M. Chang, yang ternyata tak mampu memulihkan
keadaan. Tanpa kudeta berdarah, militer ambil-alih kekuasaan.
9. Thailand, 1973
Pelaku: Sipil, rakyat, dan raja
Isu: Kekerasan
Peristiwa
di Negeri Gajah Putih ini menarik. Ketika itu, kekuasaan dipegang oleh
rezim militer pimpinan Thanom Kittikachorn. Aksi mahasiswa yang tak
kunjung berhenti membuat Raja Bhumibol Adulyadej harus menyerahkan kursi
Kittikachorn kepada Sanya Thammasak. Inilah kali pertama Thailand
dipimpin oleh sipil.
10. Amerika Serikat, 1974
Pelaku: Yudikatif dan legislatif
Isu: Kejahatan Pemilu
Skandal
Watergate yang melibatkan pemerintahan Presiden Nixon dicatat sebagai
kasus kudeta atau penurunan pemimpin pemerintahan secara paksa.
Peristiwanya bermula dari penangkapan lima pria yang berusaha membobol
masuk ke kompleks perkantoran Komite Nasional Demokrat untuk memasang
alat penyadap. Setelah diselidiki, ternyata pelakunya adalah kelompok
pendukung Nixon, Komite untuk Pemilihan Kembali Presiden. Presiden Nixon
akhirnya mundur untuk menghindari permakzulan oleh parlemen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar